Rumah Singgah CLOW Terluas di Bogor

                         

BOGOR, Memelihara satu kucing saja butuh niat dan keuletan tinggi. Bayangkan, jika Anda harus memelihara 1.500 ekor kucing setiap hari. Hal itu yang dilakoni Bimbim lewat inisiasi Rumah Singgah CLOW di Kabupaten Bogor.

Kucing-kucing bertebaran dalam kawasan shelter yang dibangun di kawasan Desa Waru, Kecamatan Parung itu. Tidak hanya dalam satu ruanga, beberapa ruangan tanpa sekat sehingga langsung terhubung satu sama lain. teramat luas untuk menjadi tempat berlari-lari hewan berkaki empat itu. Bahkan, ukurannya jauh lebih luas dari kamar kontrakan pada umumnya. Siapa pun tamu yang datang, sebenarnya bisa diajak untuk masuk ke dalam ruangan itu. Kucing menggemaskan langsung menyerbu. Berkerumun dan “ndusel-ndusel” di kaki. akan tetapi, tamu hanya diperbolehkan melihat-lihat dari luar ruangan. Kaca lebar terpasang di setiap dindingnya. Nyaris seperti ruangan NICU atau tempat merawat bayi di rumah sakit pada umumnya.

“Dulu, kita biarkan tamu masuk berinteraksi langsung dengan kucing-kucing. Berkerumun kucingnya. Tapi, setelah dievaluasi, ternyata banyak kejadian kucing yang mati setelah kunjungan. Akhirnya, kita batasi lewat areal kunjungan saja. Kita juga perluas sehingga bisa lihat dari atas balkon,” tutur Founder Rumah Singgah CLOW, Bimbim. Ia mengajak tim awak media berkeliling di beberapa ruangan, Jumat (10/2). Semuanya tampak “kinclong”. Makanan tertata di tempatnya masing-masing, Lantai keset tak terlihat kotoran dari ribuan kucing itu. Sementara, tak ada kotak pasir yang biasanya dipakai untuk menampung kotoran kucing. “Kami memang tidak pakai pasir. Setiap hari, lantai langsung dibersihkan. Setiap ada kotoran, langsung diangkat,” ujar lelaki yang tinggal di Depok ini.

Kucing-kucing yang ditampung di shelter itu semuanya terlihat sehat. Padahal, hampir 70 persen kucing jalanan itu bermula dari kondisi sakit atau malnutrisi. Sisanya adalah kucing hasil relokasi dari sejumlah wilayah, utamanya Jabodetabek. Beberapa ekor anjing juga terus mengekor ke manapun langkah Bimbim beranjak. Mereka sekaligus menjadi penghuni dari shelter.

Kata Bimbim, ada 120 ekor anjing yang juga ditampung di shelter. Mereka malah dibuatkan shelter tersendiri. Hanya beberapa ekor yang dibiarkan berkeliaran di luar dan bermain menyambut tamu. “Ini pun tidak kita publish untuk menampung anjing. Karena kita lebih fokus dengan kucing-kucing jalanan. Beberapa anjing ada yang diserahkan sama ownernya,” ucap Bimbim, di sela-sela Luna yang terus mengendus-endus kaki tamunya. Bimbim sendiri tak pernah merasa lelah mengawasi kucing sebanyak itu. Bagi lelaki berusia 34 tahun ini, merawat kucing sudah menjadi panggilan hidup. Malah, jauh lebih melelahkan mengurusi haters yang tak jarang dijumpainya dalam lini masa media sosial.

“Karena saya sudah niat, sudah nazarin, ketika rejeki saya lancar maka saya akan terus bantu. Kecuali saya sudah tidak mampu memberi makan mereka, menggaji pegawai di sini, mengelola shelter. Selama saya masih diberikan kesehatan, masih diberikan rejeki, semua akan saya kerjakan,” tegas lelaki asal Makassar, Sulawesi Selatan ini. Untuk pembiayaannya, Bimbim tak sekadar mengandalkan donasi. Ia sadar upaya penyelamatan tidak bisa sustainable jika hanya mengandalkan donatur. Oleh karenanya, sistem mitra dipakai Bimbim. Fondasi itu bahkan bisa membiayai makan ribuan hewan hingga menggaji 43 pegawai di sana.

Menyukai kucing memang sudah menjadi hobi Bimbim sejak dulu. Ia memulainya lewat komunitas Cat Lovers in The World atau CLOW, 2016 silam. Namun, komunitas pecinta hewan biasanya hanya bergerak untuk kategori tertentu. Apalagi kucing ras, semua orang suka. “Saya menyadari, ternyata di luar sana banyak kucing yang disiksa, dibunuh, ditelantarkan sampai sakit dan gak ada yang peduli. Itulah awal saya berinteraksi dengan kucing-kucing jalanan,” paparnya.

Rumah singgah CLOW baru dibuka pada tahun 2017 lalu. Bimbim bersama temannya memanfaatkan rumah kontrakan di Parung, Bogor untuk menampung kucing-kucing jalanan. Sewa bangunan itu hanya berjalan selama 5 tahun dan memaksa mereka mencari lahan yang lebih luas.

Rumah singgah seluas setengah hektare ini baru dimulai sejak Maret 2022 lalu. Bimbim sekaligus membangun infrastruktur yang layak untuk kawanan kucing jalanan tersebut. mulai dari ruangan shelter, ruang tamu, klinik, hingga lahan untuk pemakaman kucing-kucing yang mati. Totalnya sampai menghabiskan dana kisaran Rp1,2 miliar.

Lahan itu pun masih akan diperluas Bimbim. Kucing yang masuk setiap hari akan menambah daya tampung areal shelter. Sehari, bisa 20 kucing yang masuk. Bahkan, mereka pernah merelokasi 400 kucing dalam sehari dari kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.

Sementara, tidak semua kucing bisa dikembalikan ke jalanan. Semua kucing yang sudah sehat dan steril dibiarkan bermukim di shelter. Selebihnya, Rumah Singgah CLOW membuka adopsi bagi warga yang serius memelihara hewan itu. Tentu saja, ada biaya administrasi yang akan diputar lagi untuk sterilisasi maupun proses rescue lainnya. oleh karena itu, Bimbim masih menyimpan mimpi untuk membebaskan lahan di kawasan Parung itu. Ia tak muluk-muluk, pembebasan lahan tentu dilakoninya bertahap.

Baru-baru ini, ia telah mengumpulkan Rp800 juta untuk membantu pembebasan lahan 900 meter persegi. Sisanya akan menyusul hingga Maret mendatang. “Sebenarnya, kita tidak buru-buru mau bebaskan lahan shelter ini, karena sewanya sampai tahun 2028. Tapi, kebetulan bagian lahan itu (900 meter persegi) ada pembeli yang minat ke pemiliknya. Makanya kita bebaskan lahan yang benar-benar urgent dulu biar lebih tenang,” ungkap lelaki yang sudah menggadaikan dua BPKB mobilnya ini.

Apalagi, Bimbim punya niat bakal mewakafkan lahan itu jika berhasil dibebaskan. Kelak, wakaf itu bisa dalam bentuk yayasan. “Karena kita tidak tahu umur, kesehatan. Siapa yang akan meneruskan ini nantinya,” imbuhnya. Kawasan Parung memang menjadi tempat yang aman buat hewan-hewan telantar. Selain cuacanya yang mendukung, tak banyak aral atau kendala dari lingkungannya.

Semua izin sudah terpenuhi, warga pun tak ada yang menolak. Tak heran, kawasan itu bakal menjadi tempat teraman bagi hewan-hewan yang mengalami trauma hidup di jalanan.(*)

(red.la)

Posting Komentar

0 Komentar