KEDIRI, soearatimoer.net – Usai perayaan Idulfitri, laju inflasi di Kota Kediri untuk bulan April 2025 tercatat masih dalam kondisi stabil dan terjaga. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri, Emil Wahyudiono, dalam konferensi pers virtual bertajuk Berita Resmi Statistik, Jumat (2/5).
Emil menjelaskan, inflasi secara bulanan (month-to-month/m-to-m) mencapai 1,33 persen, sedangkan inflasi tahunan (year-on-year/y-on-y) sebesar 1,23 persen dan akumulasi sepanjang tahun (year-to-date/y-to-d) tercatat sebesar 1,20 persen.
“Secara umum, kondisi inflasi di Kota Kediri masih relatif aman. Namun, terdapat beberapa komoditas yang memberi andil cukup besar terhadap kenaikan harga,” ujar Emil.
Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga antara lain sepeda motor, mobil, kelapa, santan instan, bawang merah, tomat, serta tarif transportasi darat dan udara. Kenaikan harga kelapa dan santan disinyalir akibat meningkatnya ekspor kelapa ke China, yang menyebabkan pasokan dalam negeri menipis.
Di sisi lain, terdapat pula sejumlah komoditas yang mencatatkan penurunan harga, antara lain daging ayam ras, cabai rawit, telur ayam ras, beras, serta tarif pulsa telepon seluler. Emil menambahkan, penurunan tarif pulsa terjadi sebagai bagian dari kebijakan Kominfo yang memberikan potongan harga selama momen mudik Lebaran.
Adapun kontribusi terbesar terhadap inflasi April datang dari tarif listrik (1,43%), emas perhiasan (0,21%), dan kelapa (0,09%). Selain itu, komoditas seperti angkutan udara, sawi hijau, santan, tomat, bawang merah, sepeda motor, dan lontong sayur juga ikut memengaruhi. Sedangkan komoditas yang menghambat inflasi mencakup daging ayam ras (-0,22%), cabai rawit (-0,19%), dan beras (-0,02%).
Menyoroti kondisi ke depan, Emil mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi kenaikan harga selama Mei. “Pulihnya tarif pulsa ke harga semula, berkurangnya stok kelapa, serta adanya dua momen libur panjang berpotensi mendorong inflasi transportasi,” ucapnya.
Ia pun mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan bijak dalam berbelanja, serta tidak melakukan pembelian secara berlebihan (panic buying).
Terpisah, Kepala Bagian Administrasi Perekonomian Pemkot Kediri, Tetuko Erwin Sukarno, menambahkan bahwa April merupakan bulan di mana dampak kembalinya tarif listrik normal dirasakan secara nyata, terutama oleh pengguna pascabayar.
“Diskon tarif listrik memang diberikan Januari–Februari, tapi tagihan naiknya baru dirasakan di awal April. Karena itu, tarif listrik menjadi penyumbang inflasi paling dominan di bulan ini,” jelas Erwin.
Ia juga mengungkap bahwa berdasarkan Survei Biaya Hidup BPS 2022, masyarakat Kota Kediri memiliki alokasi belanja listrik tertinggi di Jawa Timur, yaitu sebesar 5,2 persen dari total pengeluaran bulanan. Hal inilah yang menyebabkan Kota Kediri mencatat inflasi bulanan tertinggi di provinsi.
Menurut Erwin, meskipun beberapa harga komoditas pokok mengalami penurunan pasca-Lebaran, tetap dibutuhkan upaya pengendalian agar inflasi tidak melonjak pada bulan-bulan berikutnya.
“Fenomena turunnya tekanan inflasi setelah lebaran ini memang rutin terjadi tiap tahun. Tapi bukan berarti kita bisa lengah. Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan terus bekerja untuk menjamin ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga, agar kebutuhan masyarakat tetap tercukupi dengan harga yang wajar,” pungkasnya.(RED.AL)
0 Komentar