Gaza City, soearatimoer.net – Kelompok Hamas menyatakan kesiapannya untuk segera melanjutkan perundingan terkait usulan gencatan senjata terbaru di Jalur Gaza. Pernyataan ini dirilis usai Hamas menggelar konsultasi internal bersama sejumlah faksi Palestina lainnya, menjelang kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Amerika Serikat, Senin (7/7/2025) mendatang.
Melalui pernyataan resminya, Jumat (4/7), Hamas menyebutkan siap terlibat "segera dan secara serius" dalam siklus perundingan yang membahas mekanisme implementasi proposal gencatan senjata yang didukung oleh mediator internasional, termasuk Amerika Serikat.
Usulan terbaru ini mencakup:
Gencatan senjata selama 60 hari
Pembebasan setengah dari sandera Israel yang masih hidup (sekitar 22 orang)
Pembebasan sejumlah tahanan Palestina oleh Israel
Proposal ini diklaim sudah disetujui oleh pihak Israel dan didukung langsung oleh Presiden AS Donald Trump. Dalam pernyataannya, Trump mengatakan ingin memberikan rasa aman bagi warga Gaza, dengan menyebut mereka telah “melalui neraka”.
Jihad Islam Beri Dukungan Bersyarat
Kelompok Jihad Islam, sekutu dekat Hamas, juga menyatakan dukungan terhadap proposal gencatan senjata ini. Namun mereka menuntut jaminan kuat bahwa Israel tidak akan melanjutkan agresi militer usai para sandera dibebaskan.
“Kami mendukung upaya perundingan, tetapi harus ada jaminan bahwa Israel tidak akan kembali menyerang setelah gencatan senjata berlangsung,” ujar perwakilan Jihad Islam.
Tekanan Domestik untuk Netanyahu
Sementara itu, Netanyahu terus mendapat tekanan kuat dari dalam negeri agar segera menyelamatkan para sandera yang masih ditahan Hamas. Dalam pernyataan terbaru, ia menyatakan komitmennya untuk memulangkan seluruh sandera.
“Saya merasakan tanggung jawab yang dalam untuk memastikan semua yang diculik bisa kembali pulang,” ucap Netanyahu, Jumat (4/7).
Data militer Israel menyebutkan, dari 251 orang yang diculik dalam serangan besar-besaran Hamas pada Oktober 2023, sebanyak 49 orang masih ditahan, dengan 27 di antaranya dinyatakan telah meninggal dunia.
Harapan Baru, Tapi Tantangan Masih Besar
Dua gencatan senjata sebelumnya yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat sempat memberikan jeda dalam konflik berkepanjangan di Gaza. Meski hanya bersifat sementara, gencatan senjata tersebut berhasil membuka jalur pembebasan sandera dan pengiriman bantuan kemanusiaan.
Kini, harapan baru muncul melalui proposal 60 hari ini. Namun implementasinya masih akan bergantung pada kesepakatan rinci, jaminan keamanan, dan kemauan politik dari kedua pihak.
Konflik Gaza yang telah berlangsung sejak akhir 2023 terus memicu penderitaan warga sipil dan menuai perhatian global. Dengan kesepakatan yang sedang digodok, komunitas internasional berharap jalan damai perlahan bisa terbuka kembali. (RED.A)
0 Komentar