Tulungagung, soearatimoer.net - Wajah Santoso dan Sutrisno, tampak
semringah saat keluar dari bangsa ICCU RSUD dr. Iskak Tulungagung. Dua pasien
bedah jantung pintas koroner (Coronary Artery Bypass Graft/CABG) itu tak bisa
menyembunyikan rasa syukurnya setelah berhasil menjalani operasi
Wajah kedua
kakek yang berusia 60-an tahun itu terlihat sesekali senyumnya
mengembang, meskipun fisik mereka masih belum benar-benar kuat.
Dokter belum mengizinkan mereka untuk banyak bergerak apalagi beraktivitas
berat.
Pria asal
Campurdarat dan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur,
itu usai menjalani operasi bedah jantung pintas koroner pada Jumat (21/10/2022)
dan Sabtu (22/10/2022). Operasi bedah jantung yang baru pertama kali dilakukan
di RSUD dr. Iskak itu berjalan sukses.
Seluruh
Civitas Hospitalia RSUD dr. Iskak pun bangga. Ikhtiar mereka meningkatkan
pelayanan paripurna di bidang penanganan jantung, berjalan sesuai rencana. Tim
Pengampu dari RS Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta juga ikut puas dan
bangga.
“Ini
keberhasilan kami semua sebagai sebuah tim, karena memiliki 'team work' yang
luar biasa hebat,” ucap Direktur RSUD dr. Iskak Tulungagung, dr. Supriyanto
Dharmoredjo, Sp. B, FINACS, M.Kes.
Supriyanto
mengatakan, suksesnya layanan bedah jantung pintas koroner ini sebagai bukti
bahwa komitmen RSUD dr. Iskak Tulungagung untuk memberikan layanan jantung
terpadu menjadi kenyataan.
Dengan
persiapan yang telah dirintis sejak 2013 silam, baik dari kesiapan sarana
prasarana dan sumber daya manusia , kini RSUD dr. Iskak telah mampu
melakukan operasi bedah jantung pintas koroner secara mandiri.
“Kami terus
dan terus belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu layanan di rumah
sakit ini. Keberhasilan ini tentu menjadi pelecut kami ke depannya,” kata Mas
Dokter Pri,
panggilan akrab dr. Supriyanto
Sukses RSUD
dr. Iskak Tulungagung melakukan operasi bedah jantung tersebut
merupakan yang pertama kali semenjak rumah sakit daerah ini ditetapkan
sebagai rumah sakit rujukan untuk penanganan jantung terpadu di Jawa Timur.
Karena itu, sukses operasi Santoso dan Sutrisno menjadi pengalaman
bersejarah bagi jajaran rumah sakit ini.
Dokter
pengampu dari RS Jantung Nasional Harapan Kita, Dr.dr. Hananto Andriantoro,
Sp.JP (K) pun mengapresiasi kemajuan pesat RSUD dr, Iskak dan ikut bangga.
Sebab, meski berstatus rumah sakit daerah di kota kecil, namun telah memiliki
layanan bedah jantung pintas koroner, yang bahkan belum semua provinsi
memilikinya.
Bagaimanapun
layanan operasi bedah jantung di RSUD dr. Iskak telah dan akan banyak
membantu mengurangi antrean pasien yang jumlahnya ribuan.
Keberadaan
layanan bedah jantung sangat dibutuhkan di Indonesia yang memiliki penduduk
lebih dari 245 juta jiwa. Sebab secara teori, setidaknya ada sekitar 10
persennya membutuhkan intervensi bedah jantung.
Laporan
dari Rumah Sakit Jantung Nasional Harapan Kita sebagai fasilitas rujukan
nasional bagi pasien gangguan jantung menyebutkan, ada sekitar 50 ribu anak
dengan penyakit jantung bawaan yang harus dioperasi untuk mencegah kematian.
Dari jumlah
sebanyak itu, yang bisa menjalankan operasi jantung saat ini hanya ada di enam
rumah sakit saja dengan kemampuan bypass (CABG) antara 6 ribu hingga 10
ribu pasien per tahun.
Imbasnya,
antrean pasien bedah jantung sangat panjang. Di RS Harapan Kita antrean bedah
jantung mencapai 12 bulan, sementara di RS kardiovaskuler lain kini sudah juga
sudah mencapai 3-4 bulan, bahkan ada yang sudah sampai setahun.
Testimoni pasien
Operasi
berlangsung selama kurang lebih empat jam, mulai pukul 07.00 WIB. Operasi bedah
jantung pintas coroner itu dilakukan oleh satu tim dokter lintas bidang atau
lintas sub spesialis yang terkait dalam penanganan bedah jantung.
Wajah
Santoso dan Sutrisno berbinar dan sesekali mengucap syukur, sebagai
ekspresi suasana hati mereka. Santoso (63) menyampaikan terima kasih
kepada tim dokter RSUD dr. Iskak yang telah menanganinya. Ia merasa
nyawanya telah “tersambung” berkat izin Allah melalui tangan-tangan
dokter yang menanganinya.
Santoso
berulang kali mengucapkan terima kasih kepada Mas Dokter Pri yang menjenguknya
sebelum diizinkan keluar dari ruang ICCU, maupun saat dilepas di depan gedung
rawat inap paviliun Graha Hita Husada menuju mobil keluarganya yang datang
menjemput.
Santoso
menderita sakit jantung sejak empat tahun silam. Selama itu pula Santoso terus
menjalani berbagai ikhtiar pengobatan dan perawatan. Atas dukungan keluarga,
Santoso lalu memutuskan mengantre untuk operasi bedah jantung di RSUP dr.
Soetomo Surabaya sejak Juli 2022, sekitar empat bulan silam.
Namun,
antrean di RSUP dr. Seotomo masih panjang. Beruntung dalam proses
penantiannya itu, Santoso mendapat tawaran untuk menjalani operasi bedah
jantung di RSUD dr. Iskak Tulungagung. Tawaran menjadi pasien pertama.
Tanpa pikir
panjang, ia pun menyetujui operasi tersebut. “Saya ingin sembuh dan kembali
sehat. Untuk itu, saya menerima tawaran ini. Alhamdulilah sekarang rasanya
sudah lebih sehat,” ucapnya.
Kebahagiaan
juga diekspresikan Sutrisno. Kakek asal Desa Tambakrejo Kecamatan
Sumbergempol ini mengalami serangan jantung pertama pada 28 September pagi,
atau sebulan lalu.
Dia langsung
dilarikan ke RSUD dr. Iskak, dan tim dokter merekomendasikan dia untuk
segera menjalani operasi bedah jantung pintas koroner. “Saya mendapat tawaran
operasi, langsung setuju. Saya merasa ini jalan untuk membantu saya sehat
kembali,” tuturnya.
Dengan
diantar menggunakan kursi roda dari ruang ICCU menuju tempat penjemputan, kedua
pasien bedah jantung RSUD dr Iskak itu pun tak henti-hentinya mengucapkan
syukur dan terima kasih kepada seluruh tim dokter dan perawat yang menangani.
Keluarga
menyambut mereka dengan penuh haru dan suka cita. Mereka kini bisa berkumpul
lagi dengan orang-orang tercinta setelah hampir dua pekan menjalani masa
persiapan, tindakan hingga perawatan pascaoperasi. (red.dl)
0 Komentar