Afghanistan Dipenuhi Dengan Konflik Dan Perang Yang Datang Silih Berganti

                        

Afganisthan, soearatimoer.net -SEJARAH Afghanistan dipenuhi dengan konflik dan perang yang datang silih berganti. Mulai dari Alexander Agung, Genghis Khan, hingga Uni Soviet dan Amerika Serikat (AS) tidak ada invasi yang berhasil menjatuhkan negara Asia Tengah itu.

Reputasi Afghanistan meruntuhkan invasi setiap kekuatan asing tersebut membuat negara itu dikenal dengan julukan "Graveyard of Empires" atau "Kuburan Para Penguasa".

Inggris pernah mencoba menaklukkan Afghanistan pada abad ke-19 silam. Namun, Inggris, yang saat merupakan kekuatan adidaya dunia dengan wilayahnya yang tersebar di berbagai penjuru bumi, terpaksa angkat kaki dari Afghanistan dengan kekalahan dan memberikan negara itu kemerdekaan.

Di era perang dingin giliran Uni Soviet mencoba menundukkan Afghanistan. Pada 1979 tentara merah memasuki Afghanistan untuk memperluas pengaruh dan kekuatan komunisme.

Namun, 10 tahun kemudian, Uni Soviet menyadari bahwa mereka tidak bisa menang di Afghanistan dan seperti juga inggris, terpaksa angkat kaki dari negara itu.

Pada 2001, Amerika Serikat menginvasi Afghanistan dengan alasan untuk menggulingkan Taliban dan menghancurkan kelompok teroris Al Qaeda yang dianggap bertanggung jawab atas serangan teror 11 September.

Setelah 20 tahun bercokol di Afghanistan dan terlibat konflik yang menewaskan ribuan korban jiwa, pada April 2021 AS memutuskan biaya mempertahankan keberadaannya di negara itu terlalu mahal dan memutuskan menarik pasukannya.

Banyak pihak menilai keputusan yang diambil Presiden AS Joe Biden ini kontroversial, terutama setelah Taliban kembali merebut kekuasaan dan merebut ibu kota kabul pada Agustus 2021, hanya empat bulan setelah penarikan pasukan AS.

Biden sendiri membela keputusannya, mengatakan bahwa warga Amerika tidak seharusnya mati di mempertahankan Afghanistan. Biden bahkan mengatakan bahwa menciptakan kestabilan, keamanan, dan persatuan di Afghanistan sebagai sesuatu yang mustahil.

"Tidak akan pernah ada kekuatan militer yang bisa menciptakan Afghanistan yang stabil, bersatu dan aman," ujarnya.

Minggatnya Amerika Serikat dari Afghanistan semakin menguatkan julukan negara itu sebagai "Kuburan Para Penguasa".

Analis Pertahanan dan Kebijakan Luar Negeri David Isby menilai bahwa Afghanistan adalah negara yang kompleks , dengan infrastruktur buruk, pembangunan terbatas, dan terkurung oleh daratan. Namun, kegagalan oleh serangkaian negara besar dan adidaya untuk menaklukkan Afghanistan dinilai disebabkan oleh kesalahan para penguasa negara itu sendiri.

Isby menilai bahwa kekuatan besar itu tak mampu menunjukkan fleksibilitas saat menghadapi Afghanistan.

"Mereka ingin dan harus melakukan semuanya dengan cara mereka, tanpa mau memahami kompleksitas negara tersebut," kata penulis buku “Afghanistan: Graveyard of Empires”.

Memang, di masa silam beberapa kerajaan besar seperti Persia dan Mongolia pernah menaklukkan Afghanistan, meski mereka harus membayar mahal atas upaya tersebut. Dan seperti di masa lalu, invasi dan penaklukkan Afghanistan bukanlah upaya yang enteng untuk dilakukan, yang terbukti dengan gagalnya tiga kekuatan besar dari Abad ke-19 dan 20.

(red.la)

Posting Komentar

0 Komentar