Dilansir kantor berita AFP, Selasa (31/1/2023), serangan itu terjadi pada Senin (30/1) di kota Peshawar, dekat dengan daerah di sepanjang perbatasan Afghanistan di mana aktivitas militan terus meningkat.
Semalam, setidaknya sembilan mayat ditemukan saat tim penyelamat terus mencari di antara puing-puing dinding dan atap masjid yang runtuh.
"Pagi ini kami akan memindahkan bagian terakhir dari atap yang runtuh sehingga kami dapat menemukan lebih banyak mayat," kata Bilal Ahmad Faizi, juru bicara organisasi penyelamat 1122, mengatakan kepada AFP.
Muhammad Asim Khan, juru bicara rumah sakit utama di kota Peshawar, mengatakan kepada AFP bahwa 83 orang tewas, dengan jumlah korban tewas meningkat karena jasad-jasad terus berdatangan dari tempat kejadian.
Banyak polisi tewas dalam serangan bom bunuh diri itu. Shahid Ali, seorang polisi yang selamat, mengatakan ledakan bom itu terjadi beberapa detik setelah imam memulai salat.
"Saya melihat asap hitam membubung ke langit. Saya berlari keluar untuk menyelamatkan jiwa saya," kata pria berusia 47 tahun itu kepada AFP.
Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, di tengah situasi keamanan yang memburuk di negara tersebut.
Markas besar polisi di Peshawar berada di salah satu daerah yang paling dikontrol ketat di kota itu, menampung biro intelijen dan kontra-terorisme, dan bersebelahan dengan sekretariat daerah.
Provinsi di seluruh Pakistan mengumumkan mereka dalam keadaan siaga tinggi setelah ledakan bom bunuh diri tersebut. Pasukan keamanan tambahan dikerahkan, sementara di ibu kota Islamabad, penembak jitu dikerahkan ke gedung-gedung dan di titik masuk ibu kota.
"Teroris ingin menciptakan ketakutan dengan menargetkan mereka yang melakukan tugas membela Pakistan," kata Perdana Menteri Shehbaz Sharif dalam sebuah pernyataan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk ledakan bom itu sebagai "menjijikkan", dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menyampaikan belasungkawa atas "serangan mengerikan".
(red.la)
0 Komentar