Harga Ayam Ras Terus Melorot, Pedagang Tradisional di Kediri Merugi karena Lesunya Permintaan

 



 Kediri, soearatimoer.net – Komoditas ayam ras saat ini menjadi salah satu faktor yang membantu menekan potensi inflasi. Namun di balik itu, harga ayam ras justru mengalami penurunan tajam di sejumlah pasar tradisional di wilayah Kediri, membuat para pedagang mengeluh akibat lesunya daya beli masyarakat.

Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa harga ayam ras di Pasar Setonobetek Kota Kediri dan Pasar Kras Kabupaten Kediri turun signifikan. Penurunan harga mencapai Rp 3 ribu hingga Rp 4 ribu per kilogram dalam kurun waktu seminggu terakhir.

Nina (30), pedagang ayam di Pasar Kras, menjelaskan bahwa harga jual ayam kini berada di angka Rp 28 ribu per kilogram. “Sebelumnya bisa saya jual Rp 32 ribu, sekarang hanya Rp 28 ribu. Turunnya bertahap dari minggu lalu,” ungkapnya.

Ia menambahkan, anjloknya harga ini tidak lantas mendongkrak jumlah pembeli. Justru, permintaan ikut menurun seiring stok yang melimpah. “Orang kalau tiap hari makan ayam juga bisa bosan. Jadi permintaan malah makin berkurang,” imbuh Nina.

Akibatnya, omset harian Nina ikut menurun. Jika biasanya ia bisa menjual hingga 25 kilogram ayam per hari, kini hanya bisa laku sekitar 15 kilogram saja. “Saya mulai jualan jam 03.00 pagi sampai 06.00. Biasanya dua jam sudah habis, sekarang pasti masih ada sisa, mulai dari ceker sampai ati dan usus,” keluhnya.

Hal serupa dirasakan oleh Sri (48), pedagang di Pasar Setonobetek. Ia menyebut harga ayam saat ini juga di angka Rp 28 ribu per kilogram, turun dari harga sebelumnya yang mencapai Rp 33 ribu. “Turunnya sudah mulai sejak minggu lalu,” jelasnya.

Sri mengungkapkan bahwa fluktuasi harga ayam memang sering terjadi, dan angka di bawah Rp 30 ribu tergolong murah. Namun begitu, penurunan ini membuat jumlah dagangan yang laku drastis menurun. “Dulu pas ramai bisa jual sampai 1 kuintal, sekarang mentok di angka 25 kg,” kenangnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Kediri, M. Ridwan, menegaskan bahwa fenomena ini masih dalam kategori wajar dan tidak mengindikasikan gejolak pasar yang serius.

“Penurunan ini akan berlangsung cukup lama karena pasokan melimpah, sedangkan permintaan stagnan. Apalagi, peternakan ayam pedaging di Kota Kediri memang tidak terlalu banyak, sehingga dampaknya tidak terlalu berat di sektor hulu,” ujarnya.

Ridwan menambahkan, fluktuasi harga merupakan bagian dari mekanisme pasar yang dipengaruhi oleh hukum supply and demand. “Ketika pasokan tinggi, sementara kebutuhan tetap atau menurun, maka harga otomatis akan turun. Ini hukum ekonomi dasar,” jelasnya.

Ia pun mengimbau masyarakat agar tidak terlalu khawatir karena kondisi harga masih relatif stabil. “Belum ada lonjakan atau penurunan ekstrem. Jadi, kondisi harga saat ini masih bisa dikendalikan,” pungkas Ridwan.(RED.A)

Posting Komentar

0 Komentar