Madinah, soearatimoer.net – Ada-ada saja cara jemaah haji asal Kediri untuk bisa menunaikan impiannya menginjakkan kaki di Raudah, tempat yang dijuluki sebagai taman surga di Masjid Nabawi. Kendala izin masuk atau tasreh yang makin ketat rupanya tak menyurutkan semangat mereka. Berbekal keberanian, kreativitas, dan sedikit “jurus ndablek”, beberapa jemaah nekat mencoba berbagai cara untuk bisa masuk ke lokasi yang diyakini mustajab untuk berdoa tersebut.
Salah satunya adalah Irul, jemaah asal Desa Blabak, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri. Ia berhasil menyelinap masuk ke Raudah tanpa tasreh resmi, dengan memanfaatkan akses kemudahan yang biasanya diberikan kepada jemaah lansia atau difabel.
"Alhamdulillah saya berhasil masuk tanpa tasreh. Tasreh-nya pakai ini,” ujar Irul sembari menunjuk seorang jemaah lansia yang duduk di kursi roda. “Tidak hanya berdua, tapi kami berempat bisa masuk semua," tambahnya, Sabtu (17/5/2025).
Bermodal Bahasa Arab dan Rayuan Luluhkan Askar
Keberhasilan Irul tak lepas dari pengalamannya yang pernah bekerja di Arab Saudi selama lima tahun. Dengan kemampuan bahasa Arab yang fasih, ia mencoba berdialog langsung dengan askar (petugas keamanan) yang berjaga di akses menuju Raudah.
"Awalnya hanya saya dan yang pakai kursi roda saja yang diizinkan masuk. Tapi saya terus ngobrol, sambil memuji sang askar. Akhirnya dia luluh, kami semua diperbolehkan masuk," kenangnya.
Namun, Irul tidak menyarankan cara ini dicoba oleh semua orang. Menurutnya, jika tidak bisa bahasa Arab dan tak pandai bernegosiasi, lebih baik menunggu antrean resmi lewat aplikasi Nusuk.
Gunakan Barcode Bekas hingga Menyelinap Rombongan
Selain Irul, beberapa jemaah lain juga punya cerita unik. Abdul Wahab, yang akrab disapa Gus Dul, memilih memakai barcode bekas dari aplikasi Nusuk. Ia beruntung karena barcode-nya tidak discan oleh petugas.
"Mungkin memang lagi beruntung. Barcode-nya tidak discan, jadi aman. Kalau discan beneran, pasti ketahuan," ungkap Gus Dul sambil tertawa lega.
Lain halnya dengan Alfin, jemaah asal Desa Petok, Kecamatan Mojo, Kediri. Ia nekat menyelinap di antara rombongan jemaah lain yang sudah punya tasreh kelompok. Menurutnya, cara itu cukup sering digunakan, namun penuh risiko.
"Ini bonda-bandi, artinya untung-untungan. Kalau ketahuan pasti langsung diusir,” katanya.
Raudah: Taman Surga yang Selalu Diperjuangkan
Raudah memang menjadi magnet spiritual yang kuat bagi seluruh umat Islam. Letaknya berada di antara rumah Nabi Muhammad SAW (yang kini menjadi makam beliau) dan mimbar Rasulullah. Hadis sahih menyebutkan bahwa area sepanjang 22 meter dan lebar 15 meter ini merupakan salah satu taman surga di dunia.
Sejak era pasca-pandemi, akses ke Raudah makin ketat. Tidak semua jemaah bisa masuk sembarangan. Harus ada izin resmi dari aplikasi Nusuk. Pada musim haji, antrean bisa memakan waktu hingga enam hari, sementara masa tinggal jemaah sangat terbatas.
Meski demikian, semangat jemaah Kediri tak surut. Beberapa bahkan rela hanya melintas di area Raudah, asalkan bisa mengucap salam di depan makam Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan Umar bin Khattab.
Tips Jemaah: Pintu Assalam Jadi Favorit
Menurut Alfin, pintu Assalam adalah salah satu akses paling memungkinkan bagi jemaah laki-laki. “Kalau bisa lewat sana, setidaknya kita bisa melewati area Raudah, meskipun hanya sebentar. Rasanya sudah luar biasa,” ujarnya.
Dari pintu itu, jemaah bisa berjalan menyusuri area imaman, mimbar Rasulullah, hingga melewati makam Nabi. Biasanya, saat momen itu terjadi, suasana akan hening sejenak—semua jemaah kompak mengucapkan salam kepada Rasulullah dan sahabatnya.
Raudah bukan sekadar tempat suci, tapi simbol kerinduan umat Islam kepada Nabi Muhammad SAW. Kisah jemaah Kediri ini menjadi gambaran betapa kuatnya tekad dan kreativitas mereka untuk mendekat ke tempat mustajab itu. Meski demikian, tetap disarankan untuk mematuhi aturan resmi demi kenyamanan dan keselamatan bersama.(red.al)
0 Komentar