KEDIRI, soearatimoer.net– Cuaca yang tidak menentu belakangan ini membawa dampak serius terhadap produktivitas madu di Kampung Madu, Desa Bringin, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri. Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan penurunan hasil panen madu secara signifikan, karena lebah enggan keluar dari stup (peti) untuk mencari nektar saat kondisi basah.
Ralin, salah satu peternak lebah madu setempat, mengungkapkan bahwa pada musim kemarau atau cuaca cerah, satu stup lebah bisa menghasilkan hingga 5 kilogram madu. Namun saat musim hujan seperti sekarang, hasilnya menurun drastis, hanya sekitar 2 kilogram per peti.
“Musim hujan lebah nggak mau keluar dari sarang, jadi produksi turun. Madu yang sudah ada pun akhirnya dimakan sendiri oleh lebah sebagai cadangan makanan,” jelas Ralin saat ditemui, Selasa (24/6/2025).
Ralin menjelaskan bahwa lebah madu sangat bergantung pada ketersediaan nektar dari tanaman berbunga, yang hanya bisa mereka kumpulkan saat cuaca memungkinkan. Oleh sebab itu, saat cuaca mendukung, para peternak biasanya menggembalakan lebah ke wilayah yang kaya akan tanaman penghasil nektar.
Beberapa daerah yang menjadi tujuan penggembalaan antara lain Pasuruan, Jepara, dan Pati dengan tanaman randu yang melimpah, serta wilayah Subang, Jawa Barat, yang memiliki banyak pohon rambutan.
“Idealnya, penggembalaan lebah dilakukan selama dua bulan di daerah-daerah tersebut agar hasilnya maksimal. Tapi sekarang tantangannya bertambah karena tidak hanya cuaca, tapi juga berkurangnya tanaman sumber nektar,” imbuhnya.
Ralin juga menyampaikan harapannya agar masyarakat di sekitar Kampung Madu ikut berperan aktif dalam upaya pelestarian dan penanaman kembali tanaman penghasil nektar seperti pohon randu dan rambutan, yang menjadi sumber makanan utama lebah.
“Kalau pohon-pohon itu kembali banyak ditanam, lebah bisa berkembang dengan baik, dan hasil madunya pun bisa kembali melimpah,” pungkasnya.
Kampung Madu sendiri dikenal sebagai salah satu sentra budidaya lebah madu di Kabupaten Kediri. Penurunan produksi akibat cuaca buruk menjadi pengingat akan pentingnya keseimbangan ekosistem dan adaptasi peternak terhadap perubahan iklim yang kian ekstrem. (RED:A)
0 Komentar