KEDIRI, soearatimoer.net– Sosok Zahran Nizar Fadhlan tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial. Namun, bukan karena kontroversi atau sensasi, melainkan karena prestasi akademiknya yang luar biasa. Ironisnya, pencapaian Zahran justru dibayangi oleh cibiran netizen yang menilai penampilannya tidak sesuai dengan standar fisik ideal.
Zahran yang kini mengikuti ajang Clash of Champions Season 2, seharusnya bisa menjadi panutan inspiratif bagi generasi muda. Namun, unggahannya yang menampilkan dirinya dalam ajang kompetisi pendidikan bergengsi justru menuai komentar negatif, bukan soal prestasi, tapi soal fisik.
Zahran merupakan mahasiswa Jurusan Teknik Dirgantara di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan IPK 3,9. Teknik Dirgantara sendiri adalah bidang ilmu yang mempelajari pengoperasian pesawat terbang dan wahana antariksa, gabungan dari Fisika dan Astronomi — dua bidang yang sejak lama menjadi minat Zahran.
Kecintaan Zahran pada ilmu pengetahuan bermula dari hobinya menonton video YouTube bertema Fisika dan Astronomi. Minat tersebut terus berkembang hingga ia berhasil meraih Juara OSN SMA/MA bidang Fisika 2023.
Tak berhenti di tingkat nasional, Zahran juga mencatatkan prestasi internasional:
Bronze Medal pada International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOAA) di Chorzow, Polandia (2023)
Silver Medal pada International Physics Olympiad (IPhO) di Iran (2024)
Zahran membuktikan bahwa kecerdasan dan kerja keras lebih berharga daripada sekadar penampilan fisik. Ia menjadi simbol perlawanan terhadap budaya body shaming, yang kerap menjatuhkan individu berprestasi hanya karena tidak sesuai dengan selera visual publik dunia maya.
Alih-alih mencibir, seharusnya netizen mengapresiasi dan belajar dari ketekunan dan konsistensi Zahran.
Zahran adalah bukti nyata bahwa prestasi tidak mengenal rupa, dan bahwa isi kepala lebih berharga dari standar kecantikan atau ketampanan semu yang dibentuk oleh algoritma media sosial. (red:a)
0 Komentar