Presiden Prabowo Dijadwalkan Hadiri Pembukaan Konferensi ke-19 PUIC 2025 di Gedung DPR RI

 



Jakarta, soearatimoer.net  – Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Mardani Ali Sera, mengonfirmasi bahwa Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, akan menghadiri seremoni pembukaan Konferensi ke-19 Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) tahun 2025. Acara tersebut akan berlangsung di Kompleks Parlemen, Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, pada Rabu malam (14/5) pukul 19.30 WIB.

"Besok malam jam setengah delapan, insyaallah Pak Prabowo akan hadir dalam pembukaan. Beliau juga akan didampingi oleh Ibu Puan Maharani selaku Ketua DPR RI dan tuan rumah konferensi," ujar Mardani saat diwawancarai di sela-sela rangkaian kegiatan konferensi, Selasa (13/5).

Mardani menjelaskan bahwa kehadiran Presiden Prabowo dan Ketua DPR RI Puan Maharani tidak hanya sekadar seremoni, tetapi juga menjadi simbol kuat bahwa Indonesia siap tampil sebagai perantara dan penyambung dialog antarnegara Islam dan dunia.

"Pesan yang ingin ditegaskan adalah Indonesia berada di posisi strategis untuk menjadi jembatan kolaborasi global. Negara kita mampu mengajak dunia menuju kemajuan bersama dan perdamaian kolektif," imbuhnya.

Lebih lanjut, Mardani memaparkan bahwa dalam pembukaan konferensi nanti, Presiden dan Ketua DPR RI akan kembali menegaskan pentingnya tema besar yang diangkat, yaitu "Good Governance and Strong Institution", sebagai landasan menuju ketahanan sosial dan ekonomi di dunia Islam.

"Pak Prabowo dan Mbak Puan akan menyoroti lagi betapa pentingnya tata kelola pemerintahan yang baik serta kelembagaan yang tangguh dan bersih dalam menghadapi tantangan zaman," ucapnya.

Tema tersebut, menurut Mardani, tidak hanya menjadi jargon semata. Ia menekankan bahwa reformasi dalam sistem pemerintahan dan penguatan institusi merupakan kunci utama dalam menciptakan perubahan yang nyata di negara-negara anggota OKI.

“Kita harus mulai dari dalam. Perbaiki sistem kita: pemerintahan yang transparan, institusi yang dapat dipercaya, tanpa korupsi, dan betul-betul melayani rakyat. Kalau itu tidak dilakukan, mustahil bisa maju,” jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa tantangan eksternal tidak bisa dijadikan kambing hitam atas lambatnya kemajuan di beberapa negara Islam. Justru, refleksi internal sangat dibutuhkan untuk memperbaiki fondasi tata kelola negara.

“Kadang kita terlalu gampang menyalahkan kekuatan global—Amerika, Barat, dan lainnya. Tapi sering kali persoalannya justru ada pada kita sendiri. Banyak negara belum memiliki sistem pemerintahan yang kredibel dan lembaga yang kuat,” tegasnya.

Konferensi ke-19 PUIC kali ini memiliki nilai penting karena bertepatan dengan peringatan 25 tahun berdirinya PUIC sejak dibentuk pada 1999. Acara ini diikuti oleh 450 delegasi parlemen dari 38 negara anggota OKI, serta 10 negara pengamat (observer), dan diharapkan menjadi momentum strategis untuk memperkuat solidaritas antarparlemen dunia Islam dalam menghadapi tantangan global masa depan.(red.al)

Posting Komentar

0 Komentar